businessadviceserviceblog.com – Di Indonesia, logistik memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, dengan jalan raya menjadi urat nadi yang menghubungkan berbagai pulau. Truk-truk yang melintas membawa lebih dari sekadar barang; mereka mengangkut harapan masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Namun, para pelaku industri ini kini menghadapi tantangan yang cukup berat terkait kebijakan pemerintah dalam penertiban muatan berlebih atau Over Dimension and Over Loading (ODOL).
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, menyatakan bahwa pengusaha truk berada di posisi yang tak mudah dalam menghadapi perubahan regulasi ini. Meskipun mereka mendukung ide perbaikan, implementasi kebijakan sering kali terasa tidak merata. Menurut Gemilang, penertiban ODOL seharusnya bersifat menyeluruh, tidak setengah-setengah, karena dampaknya sangat besar terhadap biaya operasional.
Wasekjen Aptrindo, Agus Pratiknyo, menambahkan bahwa masalah ODOL harus ditangani secara bertahap. Analoginya, mengibaratkan ODOL seperti penyakit kolesterol yang tidak bisa dihilangkan secara instan, melainkan perlu penyesuaian dan infrastruktur yang memadai. Jika penertiban dilakukan secara tergesa-gesa, bisa memicu peningkatan biaya distribusi, yang pada akhirnya akan berimbas pada harga barang di pasar.
Kenaikan biaya logistik sering menjadi penyebab fluktuasi harga dan inflasi, yang berpotensi mempengaruhi daya beli masyarakat. Saat biaya kirim beras dari Jawa Timur ke Kalimantan meningkat, misalnya, harga eceran tentunya akan terpengaruh. Dalam konteks pemulihan ekonomi global yang belum stabil, gejolak semacam ini menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Para pengusaha berharap agar ada dialog yang lebih terbuka antara pemerintah dan pelaku industri untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan.