businessadviceserviceblog.com – Indonesia sedang menggali peluang untuk mengimpor litium dari Australia, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Litium merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, suatu sektor yang menjadi fokus utama dalam program hilirisasi pemerintah. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada hari Selasa.
Bahlil menyebutkan bahwa ekosistem baterai kendaraan listrik adalah bagian penting dari upaya hilirisasi yang sedang dijalankan. Kementerian ESDM berkomitmen untuk mempercepat pengembangan industri baterai di dalam negeri. “Bahan baku untuk baterai EV terdiri dari nikel, kobalt, mangan, dan litium,” ujarnya.
Menurutnya, kerja sama dengan Australia menjadi pilihan yang ekonomis karena biaya transportasi yang lebih rendah dibandingkan mengimpor dari negara-negara di Afrika. Saat ini, beberapa pengusaha Indonesia telah melakukan penambangan litium di Australia, meski Bahlil mengaku belum mengetahui volume yang tepat dari hasil tambang tersebut.
Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional juga menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya ingin menjadi pasar untuk kendaraan listrik, tetapi juga berambisi memproduksi mobil listrik dengan komponen yang berasal dari dalam negeri. Wakil Koordinator Satgas, Dimas Muhamad, mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa langkah strategis, termasuk memperkuat pasar untuk menciptakan rantai pasok industri dan membangun industri baterai kendaraan listrik.
Dimas menekankan pentingnya kolaborasi dengan investor asing yang memiliki pengalaman dan teknologi dalam pengembangan industri tersebut. Hal ini dilakukan agar ada transfer teknologi dan pengetahuan kepada mitra lokal di Indonesia.